Get Traffic

close
PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Showing posts with label PTK SMA. Show all posts
Showing posts with label PTK SMA. Show all posts

Sunday, 25 September 2011

PTK PAI SMA Kelas XI Pendidikan Agama Islam

PTK PAI SMA Kelas XI Pendidikan Agama Islam -
Namun untuk kali ini saya memposting PTK PAI SMA Kelas XI Pendidikan Agama Islam mudah mudahan dengan adanya ptk ini anda semua terbantu dalam menyusun ptk anda,
Judul : 
Penggunaan Metode Drill Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMU Negeri 1 Batu
BAB I
PENDAHULUAN
PTK PAI SMA

A. Latar Belakang

Kiranya tidak asing lagi apabila mendengar guru-guru Agama yang menyatakan keluhan-keluhan tentang pengajaran materi pendidikan agama, khususnya di sekolah-sekolah umum. Hal ini disebabkan karena adanya faktor ketakutan dari siswa itu sendiri yang menganggap materi pendidikan agama adalah materi yang paling menyulitkan untuk dipelajari. Ketika seorang guru memberikan materi pendidikan agama saat itu juga siswa merasa kurang berminat, kurang termotivasi untuk mempelajari atau untuk menerimanya. Akibatnya, dapat mengurangi keefektifan proses belajar mengajar.

Faktor lain adalah karena basic (dasar) dari siswa. Mayoritas siswa yang belajar di sekolah-sekolah umum memiliki dasar yang minim sekali tentang pendidikan agama. Atau mereka bisa dikatakan orientasinya kepada pendidikan agama kurang. Akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada materi agama khususnya baca Al-Qur’an, siswa akan mengalami kesulitan pada proses belajarnya.

Demikian juga alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran PAI di sekolah-sekolah umum (1 x pertemuan dalam seminggu / 2 x 45 menit). Bagaimana mungkin siswa dapat membaca dengan fasih, menulis dengan tepat dan benar, menghafal dengan cepat. Dengan latar belakang basic agama yang minim sekali sementara waktu yang diberikan untuk materi pendidikan agama sangat sedikit sekali. Hal inilah yang menjadi penghalang ketercapaian hasil yang memuaskan. Akan berbeda sekali dengan siswa madrasah pada umumnya yang telah memiliki latar pendidikan agama. Lebih mudah untuk membaca, mudah dalam menulis dan menghafal sehingga tidak terdapat kesulitan-kesulitan untuk mempelajari materi pendidikan agama.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas sebagai gambaran problema dalam memperoleh efektifitas dan efisien pembelajaran materi pendidikan agama, maka disini penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut melalui pendekatan teoritis dan empirik. Maka dari itu disini penulis mencoba untuk mengambil judul “Penggunaan Metode Drill Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Pendidikan Agama Islam Kelas II-1 Di SMU Negeri 1 Batu”. Dari sini diharapkan dapat menemukan pemecahannya sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang hendak di kaji dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah penggunaan metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar pada materi Pendidikan Agama Islam?
  2. Bagaimana pelaksanaan metode drill dalam mengatasi kesulitan belajar pada materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang hendak di kaji tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk :
  1. Memperoleh konfirmasi apakah metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar materi Pendidikan Agama Islam siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.
  2. Mengetahui bagaimana peaksanaan metode drill materi Pendidikan Agama Islam siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.

D. Hipotesis
Dengan menggunakan Metode Drill materi Pendidikan Agama Islam dapat mempermudah belajar siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.

E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, diharapkan dapat meberikan manfaat, antara lain :
1.    Lembaga
Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan metode drill dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, serta sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga dalam memberikan kebijakan kepada para guru dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam.


2.    Guru
Agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efesien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menmbah wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran.
3.    Siswa
Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta lebih mudah dalam memotivasi kegiatan belajar materi Pendidikan Agama Islam untuk direalisasikan dalam kehidupannya..

F. Sistematika Pembahasan

BAB I     Pendahuluan, pada bab ini memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II     Kajian Pustaka, pada bab ini memaparkan tentang pengertian, unsur-unsur, tujuan, kebaikan, kelemahan, dan penggunaan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB III Metode Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian, tahapan penelitian, siklus penelitian, pembuatan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan data, indikator kinerja.

BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang lokasi penelitian dan hasil penelitian yang meliputi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.

BAB V Penutup, pada bab ini memaparkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Pendidikan Agama Islam khususnya dalam metode pengajarannya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PTK PAI SMA

A.    Metode Drill

1.    Definisi Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan.  Oleh karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif di bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.

Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.

Dari definisi metode mengajar, maka metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.

Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.

2.    Macam-Macam Metode Drill
Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :
  • Teknik Inquiry (kerja kelompok) Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
  • Teknik Discovery (penemuan) Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
  • Teknik Micro Teaching Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
  • Teknik Modul Belajar Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
  • Teknik Belajar Mandiri Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

3.    Tujuan Penggunaan Metode Drill
Metode Drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa :
  • Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis, mempergunakan alat.
  • Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.
  • Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.

4.    Syarat-Syarat Dalam Metode Drill
  • Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
                a.    Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.
                b.    Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
                c.    Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi
  • Latihan –latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.
  • Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/ daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
  • Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
  • Latihan diberikan secara sistematis.
  • Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.
  • Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya. PTK PAI SMA
RPP Berkarakter SMP


TAG: Your tag here,

PTK Fiqih MA Kelas XI IPA

PTK Fiqih MA Kelas XI IPA  -
Berikut PTK Fiqih MA Kelas XI IPA :


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas kehidupan bangsa. Penataan pendidikan yang baik mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Untuk mencapai hal itu pendidikan harus adaptif terhadap perkembangan zaman. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional adalah dengan penyempurnaan kurikulum, yang istilahnya sudah tidak asing lagi di telinga kita yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa dalam menghafal fakta-fakta, sehingga mereka seringkali tidak memahami substansi materi yang diperolehnya. Siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dipergunakan. Siswa masih kesulitan untuk memahami dan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat dan masyarakat umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang di pelajarinya, bukan “mengetahui”nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita! Termasuk siswa kelas XI IPA MAN Malang 1 Jl. Baiduri Bulan No. 40 Malang. Metode belajar mereka masih kental dengan teknik menghafal daripada memahami substansi materinya. Strategi kontekstual (contextual teaching and learning / CTL) adalah suatu Strategi pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini pembelajaran dan pengajaran konstektual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya “menghidupkan” kelas secara maksimal. Kelas yang “hidup” diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat.
Ada sejumlah alasan mengapa pembelajaran konstektual dikembangkan sekarang ini. Sejumlah alasan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
  1. Penerapan konteks budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian besar siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan.
  2. Penerapan konteks sosial dalam pengembangan silabus, penyusunan buku  pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat
  3. Penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan ketrampilan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat
  4. Penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial
  5. Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat (Abdurrahman & Bintoro, 2000: 73).
Oleh karena itu peneliti mencoba untuk meminimalisir problem di atas dengan menerapkan strategi CTL (contextual teaching and learning) dengan metode cooperative learning dengan harapan keaktifan siswa kelas XI IPA MAN Malang 1 Jl. Baiduri Bulan No. 40 Malang terhadap mata pelajaran  fiqih semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
Guna mempermudah dalam memahami penerapan strategi CTL (contextual teaching and learning) dengan metode cooperative learning, maka penelitian difokuskan pada pertanyaan sebagai berikut:
  1. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi siswa yang masih kental dengan teknik menghafal dan ceramah dalam memahami mata pelajaran fiqih ?
  2. Apakah penerapan strategi CTL (contextual teaching and learning) dengan metode cooperative learning dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas XI IPA MAN Malang 1 Jl. Baiduri Bulan No. 40 Malang terhadap mata pelajaran fiqih ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan strategi CTL (contextual teaching and learning) dengan metode cooperarive learning dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas XI IPA MAN Malang 1 Jl. Baiduri Bulan No. 40 Malang terhadap mata pelajaran fiqih.

D. Hipotesis Penelitian
  1. Jika siswa di kelas dibiasakan belajar dengan metode cooperarive learning, maka siswa akan lebih mudah untuk memahami mata pelajaran fiqih.
  2. Jika pendekatan CTL dengan metode cooperarive learning diterapkan, maka keaktifan siswa kelas XI IPA MAN Malang 1 Jl. Baiduri Bulan No. 40 Malang terhadap mata pelajaran fiqih dapat meningkat.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh praktisi pendidikan, khususnya bagi:
  1. Lembaga MAN Malang 1 Jl. Baiduri Bulan No. 40 Malang, sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu pendidikan.
  2. Peneliti, sebagai penambah khazanah keilmuan bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya, sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dengan wawasan yang lebih luas baik secara teoritis maupun secara praktis.
  3. Peneliti lanjutan, sebagai bahan acuan dan tolak ukur jika akan diadakan penelitian.
  4. Siswa, diharapkan dengan penelitian ini siswa lebih mudah memahami, menghayati dan mengamalkan pelajaran yang sudah dipelajarinya. 
  5. Guru, diharapkan penelitian ini dapat lebih memudahkan guru dalam mengajar, khususnya mata pelajaran fiqih.



F.  Batasan Masalah
Mata pelajaran fiqih kelas XI IPA Madrasah Aliyah mencakup banyak kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik, maka dalam penelitian ini hanya akan dikaji kompetensi dasar yang berhubungan dengan waris dan wasiat dengan menggunakan strategi CTL (contextual teaching and learning) dengan metode cooperarive learning, sehingga diharapkan hasil belajar menjadi semakin meningkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Contextual Teaching And Learning
1.    Latar belakang contextual teaching and learning ( CTL )
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang di pelajarinya, bukan “mengetahui”nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.
Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. (Depdiknas, 2002:1)

2.    Hakekat  contextual teaching and learning (CTL)    
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (construktivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). (Depdiknas 2002:5)
Dalam buku lain disebutkan bahwa strategi konstektual adalah salah satu strategi pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih “hidup” dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Strategi konstektual merupakan strategi yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan hidup baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi dan masalah yang memang ada di dunia nyata. (Nurhadi dkk, 2003:5)

3.    Landasan filosofis contextual teaching and learning (CTL)
 Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri, bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatis yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ciri kelas yang menggunakan pembelajaran CTL adalah sebuah kelas jika telah menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajarnya adalah konstruktivisme, selalu ada unsur bertanya, pengetahuan dan pengalaman diperoleh dari kegiatan menemukan, terbentuknya masyarakat belajar, ada modeling yang ditiru dan dilaksanakan penilaian yang sebenarnya. (Depdiknas, 2002:27).
Silahkan download selengkapnya PTK Fiqih MA Kelas XI IPA dibawah ini  mudah mudahan ptk ini dapat membantu anda dalam menyusun PTK.
RPP Berkarakter SMP



TAG: Your tag here,